Ceramah Ustadz Muhammad bin Husein Al-Habsyi
Ketika seseorang sudah sholat,
ketika seseorang sudah melaksanakan ibadah, ketika seseorang sudah melaksanakan
amal ketaatan yang lain, tidak menjadi jaminan dia menjadi orang yang selamat,
karena dikatakan oleh para ulama “Sesungguhnya a’maalul jawaarih wa a’maalulll
qulub, lebih diunggulkan a’maalul qulub, amal daripada anggota badan kita
seperti amalnya tangan kita, telinga kita, lisan kita, dan lain sebagainya, itu
masih kalah dibanding dengan amaliyah hati kita. Tidaklah cukup seseorang
hanyalah sholat, akan tetapi, dia tidak mengerti hakikat daripada sholat
tersebut. Tidaklah cukup seseorang hanyalah puasa tapi dia tidak mengerti
hakikat daripada puasa tersebut. Intinya daripada semua ketaatan adalah kembali
dan menuju kepada hati, ketaatan yang kita lakukan adalah bertujuan agar menjadikan
hati kita ini menjadi hati yang bersih dan suci. Dikisahkan suatu ketika Syekh
Abdul Wahab Asy-Sya’rani, beliau seorang ulama yang dikenal kesholihannya,
beliau mengarang berbagai macam kitab dalam ilmu tasawuf, beliau adalah raja
sufi dizamannya. Beliau dikenal sebagai pembimbing bagi setiap murid yang ingin
berjalan menuju Allah SWT. Ketika beliau selesai dalam satu pengajaran dalam
suatu majelis ta’lim, dan ketika beliau sudah hendak pulang, beliau didatangi
oleh seorang yang sudah sangat tua, kemudian orang yang sudah sangat tua itu
bersalaman dengan Syeikh Abdul Wahab Assysya’roni, kemudian meremas tang syekh Abdul
Wahab Assysyaroni hingga beliau Syeikh Abdul Wahab Assysyaroni merasa
kesakitan, Dan orang tua itu mengatakan “Kamu yang bernama Syeikh Abdul Wahab Assysyaroni?”
“Ya betul saya adalah Syeikh Abdul Wahab Assysyaroni.” Orang tua itu lalu
mengatakan,” Saya sudah lama kepengen bertemu dengan kamu karena saya dengar
kamu ini adalah orang yang sudah pakar, sudah ahli di dalam bidang tasawuf.
Saya ingin bertanya sesuatu.” Beliau seorang ulama mengatakan, “Silahkan apa
yang ingin engkau tanyakan.?” Lalu orang tua ini menanyakan pertanyaan yang sangat
sederhana. “Siapakah yang disebut kekasih Allah SWT?” Kita sering mendengar
istilah waliyullah, kekasih Allah, siapakah orang yang layak mendapat gelar
waliyullah atau kekasih Allah tersebut?” Lalu Syeikh Asysyaroni menjawab, “
Yaitu yang sholatnya begini, yang puasanya begini, yang zakatnya begini, yang
begini-begini dan begini,” Menyebut kan semua amalan amalan yang sifatnya
zahir. Dan kata orang tua itu “Selesai, Cuma itu, jadi menurutmu, yang dimaksud
waliyullah itu cuma yang kamu sebutkan tadi? Ketahuilah wahai Syeikh Abdul
Wahab AsSysyaroni bahwa semua amal yang kamu sebutkan tadi, itu bisa hancur
karena satu kedengkian saja kepada seorang muslim. Innal hasad takulul hasanat kama takulun naaru alhatob.
Sesungguhnya penyakit dengki itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu.
Habis semuanya, ini yang kamu sebutkan tadi, hanya dengan cuma dengan satu kali
dia benci kepada satu orang muslim, satu kali dia mendengki dengan seorang
muslim, orang mukmin, habis semua amalnya.” Kata Syekh Abdul Wahab Sysyaroni,
“Bener sekali apa yang diucapkan bapak tua ini.” Kemudian beliau mengatakan,
“Terus, yang namanya wali, menurutmu itu yang bagaimana?” “Yang dinakaman
waliyullah, kekasih Allah adalah orang yang di dalam hatinya tidak punya
kebencian kepada siapapun juga. Dalam hatinya rahmat, dalam hatinya tidak mendengki,
dalam hatinya tidak membenci. Lisannya tidak pernah kotor mencaci maki aib
orang lain, lisannya tidak pernah membuka aib orang lain, telinganya tidak
pernah suka mendengarkan aib orang lain, inilah manusia yang hatinya bersih,
dan inilah yang layak untuk menjadi kekasih Allah SWT. Syeikh Abdul Whaab
Sysyaroni terkejut kemudian mengatakan, “Benar, jawabanmu adalah lebih tepat
daripada jawabanku tadi.”
Komentar
Posting Komentar